Mengenal Quantum Computing, Teknologi Canggih Masa Depan
Perkembangan teknologi dari tahun ke tahun selalu membuat siapa saja terpukau. Bagaimana tidak, kecanggihan teknologi sudah membantu berbagai macam industri. Namun, perkembangan teknologi ini tak akan pernah mati. Para ilmuwan dan ahli computer science akan terus meningkatkan kemampuan komputer agar semakin baik dan cepat. Harapannya, kegiatan manusia bisa dikerjakan dengan lebih efisien.
Salah satu perkembangan teknologi masa depan yang mulai ramai dibicarakan adalah Quantum Computer. Meski teknologi ini masih terdengar asing di Indonesia, keberadaannya patut dipahami secara seksama.
Melalui wawancara dengan Bapak Agung Trisetyarso, Ph.D, selaku Head of Concentration Computer Science di program Doctor of Computer Science (DCS) BINUS UNIVERSITY, beliau menjelaskan secara gamblang tentang teori Quantum Computing. Seperti apakah teori Quantum Computing yang dimaksud? Simak penjelasannya di bawah ini!
Apa yang dimaksud dengan Quantum Computing?
Banyak orang awam belum memahami atau bahkan mendengar istilah Quantum Computing. Teknologi canggih ini masih dalam tahap pengembangan di negara-negara besar seperti Amerika serikat, China, dan Jepang. Tak heran jika teknologi Quantum Computer atau Komputer Kuantum (Super Komputer) hanya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar seperti IBM, Google, dan juga Intel.
Meski demikian, fenomena ini semakin besar bersamaan dengan berkembangnya teknologi kuantum. Bapak Agung Trisetyarso meyakini bahwa pemahaman mengenai teknologi kuantum ini sangat penting. Pasalnya, tahun 2025 diperkirakan menjadi titik revolusi kedua teknologi kuantum tersebut. Di masa depan, komputer akan semakin cepat dengan memori yang jauh lebih besar dari yang sudah ada saat ini.
Lalu, apa yang dimaksud dengan Quantum Computing? Sederhananya, teori Quantum Computing akan memungkinkan komputer untuk bekerja lebih cepat. Alhasil, kinerja komputer akan lebih efisien dan efektif dibandingkan komputer saat ini. Kecanggihan teknologi ini akan menjadi solusi bagi masalah komputasi. Selain itu juga mampu memenuhi kebutuhan manusia akan kecepatan serta memori yang besar dan cepat.
Awal pengembangan Quantum Computing
Gagasan teori Quantum Computing atau komputasi kuantum muncul setelah teori kuantum. Teori kuantum sendiri dikembangkan oleh banyak ilmuwan seperti Max Born, Erwin Rudolf Josef Alexander Schrödinger, Werner Heisenberg, serta Wolfgang Pauli.
Berangkat dari konsep atomos yang berarti tidak bisa dibagi, para ilmuwan ini beranggapan bahwa entitas fisika justru memiliki partisi-partisi. Teori kuantum yang digagas oleh kelima ilmuwan di atas diperkuat dengan konsep fisika partikel.
Bapak Agung Trisetyarso juga menjelaskan bahwa pada 1980, pemenang Nobel Richard Feynman berpendapat ada suatu celah untuk menstimulasi fisika kuantum dan non-kuantum. Beliau juga memberikan saran untuk menstimulasikan fisika kuantum bukan dengan klasikal fisika, melainkan teori kuantum.
Head of Concentration Computer Science di program DCS BINUS University itu juga menambahkan bahwa teori kuantum merupakan teori yang berdasarkan probabilitas. Hal ini Bbrbeda dari fisika yang lebih deterministik atau paham yang menganggap bahwa setiap kejadian adalah konsekuensi dari kejadian sebelumnya.
Contoh penelitian Quantum Computing di Indonesia
Meski istilah komputasi kuantum masih terdengar unik bagi masyarakat awam di Indonesia, ternyata di BINUS UNIVERSITY sudah dilakukan riset lebih lanjut mengenai teori ini. Bapak Agung Trisetyarso menyampaikan bahwa sudah ada mahasiswa yang melakukan riset tentang komputasi finansial. Ada juga yang membuat penelitian mengenai Artificial Intelligence dan energi, perikanan, inovasi manajemen inventaris, bahkan keamanan cyber.
Selaku dosen di bidangnya, Bapak Agung juga melakukan penelitian bersama para kolega mengenai computational economic. Beliau melakukan riset terkait disruptive innovation ecosystem dengan memakai model Quantum Computing tersebut. Riset tersebut dapat menjelaskan bahwa perubahan kecil dalam ekosistem inovasi dapat berdampak pada terjadinya gangguan atau disruption.
Secara sederhana, Bapak Agung memberikan contoh tentang perusahaan transportasi. Inovasi teknologi memberi dampak yang signifikan pada sebuah perusahaan transportasi non-pribadi, misalnya taksi. Perusahaan transportasi tersebut terganggu sistemnya sejak kemunculan aplikasi transportasi online. Seperti yang kita ketahui bersama, kemunculan transportasi online ini adalah buah dari kemajuan teknologi.
Akibat dampak atau gangguan yang dirasakan oleh perusahaan transportasi konvensional seperti taksi, mereka terpaksa harus berubah mengikuti zaman. Bentrokan kedua perusahaan transportasi inilah yang diteliti menggunakan teori yang ada.
Meski teori Quantum Computing masih terasa asing, pada kenyataannya, teori ini dapat menjelaskan hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi yang semakin canggih bukanlah sesuatu yang harus ditakutkan, melainkan dipelajari dan dipahami dengan saksama untuk memperluas wawasan. Bersama dengan BINUS UNIVERSITY, Anda akan mendapatkan ilmu pengetahuan terbaik dari sumber tepercaya.