Pengaruh Konsep Industri 4.0 untuk Sektor Pertanian dalam Produksi dan Perdagangan
Food and Agriculture Organization (FAO) punya visi mewujudkan dunia yang bebas dari malnutrisi. Lembaga Pangan dan Pertanian Dunia ini ingin agar makanan dapat meningkatkan standar hidup semua orang—terutama yang berasal dari kalangan tidak mampu—secara ekonomi, sosial, dan lingkungan secara berkelanjutan.
Untuk membantu perwujudan visi tersebut, negara-negara anggota FAO mengeksekusi visi bersama secara individu di tingkat nasional dan secara kolektif, baik di tingkat regional maupun global.
Indonesia sendiri merupakan Anggota Dewan FAO yang dapat berkontribusi dalam perumusan berbagai kebijakan FAO untuk mendukung upaya negara PBB mencapai Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs adalah rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia dan diharapkan dapat dicapai pada 2030 untuk mengatasi berbagai permasalahan dan tantangan di bidang pertanian, ketahanan pangan, dan nutrisi yang berisi 17 tujuan.
Indonesia Ikut Berkontribusi Wujudkan Tujuan Kedua SDGs
Dari 17 tujuan SDGs, tujuan kedua adalah menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian yang berkelanjutan. Guna mencapai tujuan ini, cara produksi dan perdagangan di sektor pertanian perlu ditingkatkan. Selain menjaga ekosistem, peningkatan cara produksi dan perdagangan juga memperkuat kapasitas sektor pertanian untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim, cuaca ekstrem, kekeringan, banjir, dan bencana lainnya.
Terdapat potensi pada teknologi terbaru, terutama Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0), untuk berkontribusi secara signifikan terhadap produksi pertanian yang efisien demi mencapai target kedua SDGs. RI 4.0 sendiri didefinisikan sebagai dampak lintas sektor TIK, khususnya Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), dan Cyber Physical Systems (CPS). Termasuk juga teknologi terkini lainnya seperti Big Data, Gen Sequencing, Cloud Computing, Blockchain, dan lain-lain.
Tujuan utama RI 4.0 adalah melakukan revolusi industri yang mendukung fleksibilitas dalam hal alokasi sumber daya produksi secara efisien, pemenuhan proses produksi, hingga integrasi perangkat lunak, mesin, dan manusia dalam interaksi secara real-time. Memengaruhi sektor pertanian, konsep industri 4.0 mendorong perubahan signifikan dalam cara produksi dan perdagangan pertanian yang lebih efisien pada tahun-tahun mendatang.
Sektor Pertanian dalam RI 4.0
Konsep Industri 4.0 pada prinsipnya menjembatani sumber daya industri fisik dan teknologi digital. Industri 4.0 merangkul manufaktur cerdas yang memungkinkan sumber daya dapat diubah menjadi objek cerdas. Dengan begitu, sumber daya dapat merasakan, bertindak, dan berperilaku dalam lingkungan yang cerdas pula. Sistem produksi yang cerdas di Industri 4.0 akan merenovasi industri menjadi model bisnis dengan rantai nilai produksi yang lebih efisien secara signifikan.
Teknologi utama seperti IoT, CPS, Cloud Computing, Big Data Analytic, dan TIK digunakan pada manufaktur cerdas ini. Konsep Industri 4.0 memungkinkan perkembangan digitalisasi atau automasi pada banyak aspek dalam sektor pertanian yang menjawab tantangan perkembangan teknologi saat ini. Tujuannya adalah melakukan optimasi berupa peningkatan hasil (kualitas dan kuantitas) dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada di bidang pertanian.
Pertanian 4.0 menggabungkan berbagai jenis data dari berbagai sumber untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Transparansi juga ditekankan dalam manajemen rantai pasokan dan rantai nilai komoditas sehingga perencanaan di sektor ini menjadi lebih strategis. Pertanian 4.0 sendiri memainkan peran penting di sektor pertanian dan lingkungan karena akan menjadi model masa depan yang membuat sektor pertanian sepenuhnya otomatis dan otonom.
7 Peningkatan Sektor Pertanian karena Konsep Industri 4.0
Pertanian 4.0 diyakini akan segera berjalan dan industri pertanian akan berubah menjadi industri berteknologi tinggi. Kini, sudah banyak pihak berinvestasi dalam teknologi pertanian yang didukung oleh teknologi terbaru. Terdapat setidaknya 7 peningkatan yang terjadi karena konsep industri 4.0, yaitu:
- Perubahan pada rute rantai nilai – Banyak pihak sekarang mencoba dan berhasil mengubah rantai nilai melalui perlengkapan makan, pengiriman langsung ke konsumen, e-commerce makanan, dan sejenisnya demi meminimalisir inefisiensi rantai pasokan di sektor pertanian.
- Teknologi efisiensi tanaman – Sudah ada inovator start-up dan lintas industri yang menawarkan drone, robot, platform yang berbagi data besar, serta teknologi irigasi, tanah, dan tanaman untuk meningkatkan hasil produk pertanian yang efektif.
- Biokimia dan bioenergi – Para inovator mengembangkan agrokimia, biomaterial, dan bioenergi yang diproduksi secara biologis sehingga meningkatkan pengurangan risiko ekologis.
- Teknologi pangan dan daging buatan – Daging dan telur nabati sekarang sedang dikembangkan untuk memanfaatkan “protein berkelanjutan”.
- Pertanian terkendali dan vertikal – Munculnya inovasi pendatang baru yang menawarkan potensi rumah kaca cerdas untuk sektor pertanian yang terkendali.
- Produk berbasis nano – Misalnya pupuk nano, pelapis nano, pestisida nano, farmasi nano, dan sejumlah bahan berbasis nano lainnya yang membantu mengurangi biaya, meningkatkan produktivitas, nilai produksi, dan pendapatan pertanian. Produk berbasis nano juga mendukung konservasi dan meningkatkan kualitas sumber daya alam dalam sistem produksi pertanian.
- Big Data dan penemuan gen – Bioinformatika dan sekuensing gen sekarang juga digunakan untuk menemukan karakter spesifik tanaman demi meningkatkan produktivitas.
Melalui berbagai produk digitalisasi dan teknologi, industri 4.0 diharapkan mampu mendukung sektor pertanian, terutama dalam hal produksi dan perdagangan. Dengan pertanian yang maju, standar hidup masyarakat secara umum dapat meningkat sehingga bebas dari malnutrisi.