Bagaimana Data Science dan Data Mining Digunakan untuk Memprediksi Masa Depan?
Teknologi yang semakin maju secara tidak langsung membuat kita bisa melakukan apa pun, termasuk memprediksi masa lewat penggunaan data. Hal ini disebut data science dan data mining.
Head of Information Systems Concentration, Doctor of Computer Science, BINUS University, Spits Warnars Harco Leslie Hendric, S.Kom M.T.I. Ph.D, memaparkan bahwa data mining merupakan kegiatan mencari pola atau data tidak biasa dalam sebuah data terstruktur. Sementara itu, data science adalah kegiatan pengolahan data dari data mining untuk menjadi dasar dari sebuah pengambilan keputusan.
Lebih lanjut, Spits menjelaskan bagaimana kedua data tersebut bisa digunakan untuk memprediksi masa depan. Beliau memberikan contoh menarik dalam penerapannya pada bisnis retail.
Data science dan data mining untuk prediksi masa depan bisnis
Spits memberikan contoh penggunaan data mining pada pembelian beers & pampers di suatu perusahaan retail di Eropa. “Kalau orang belajar cerita tentang data mining selalu dikasih contohnya di buku-buku itu namanya beers & pampers,” paparnya.
Spits menjelaskan bahwa dalam suatu transaksi retail, biasanya terdapat pola yang disebut dengan association rules. Misalnya, ketika konsumen membeli kopi, umumnya mereka juga akan membeli gula. Namun, pola seperti ini sudah tidak menarik. Akan jauh lebih menarik jika ada pola tidak biasa. Misalnya, konsumen yang membeli kopi ternyata juga membeli gunting. Dalam data mining, data seperti inilah yang dicari.
Pada contoh beers & pampers, data menemukan bahwa banyak konsumen yang melakukan pembelian kedua barang tersebut dalam satu struk pembelanjaan. Meski pada awalnya transaksi ini dinilai tidak ada keterikatan yang masuk akal, nyatanya pola transaksi ini sering dilakukan oleh konsumen.
“Data-data yang diteliti tersebut diambil dari data retail di Eropa, yang mana di sekitar toko itu banyak keluarga muda yang baru punya anak, yang tentunya anak-anak mereka yang masih kecil pasti membutuhkan pampers,” papar Spits.
Dengan menemukan pola dan meneliti data transaksi, perusahaan bisa memprediksi barang seperti apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Pada akhirnya, perusahaan bisa menekan kerugian dengan tidak membeli stok barang-barang yang tidak dibutuhkan konsumen.
Menangani pandemi dengan data science dan data mining
Hal serupa bisa dilakukan pada penanganan pandemi COVID-19 dengan melihat pola pergerakan COVID-19 di suatu wilayah. Data yang didapatkan nantinya bisa menjadi landasan bagi pemerintah untuk menyusun kebijakan yang tepat.
Misalnya, kita bisa mengumpulkan data mengenai jumlah orang yang sudah divaksin, jumlah orang meninggal, sedang dirawat, dan sudah mulai sembuh. Jika data-data tersebut diolah dengan baik dan benar, kita bisa memprediksi tren penyebaran COVID-19 di satu provinsi.
Pada akhirnya, strategi penanganan pandemi pun lebih terarah. Spits mengungkapkan bahwa tanpa teknologi yang tepat, pengambilan kebijakan terpaksa dilakukan dengan sistem coba-coba. Jika keputusan yang diambil ternyata salah, para pengusaha pun bisa dirugikan akibat penerapan PPKM.
Contoh di atas hanyalah sebagian kecil dari luasnya penerapan data science dan data mining. Namun, bisa dilihat bahwa keduanya memiliki peran besar terhadap keberlangsungan bisnis dan penanganan wabah penyakit. Maka dari itu, melihat pentingnya ilmu ini, BINUS University mendirikan program Doctor of Computer Science.
Lewat program ini, BINUS University mengajak mahasiswa untuk mendalami lebih lanjut mengenai ilmu computer science. Di sini, mahasiswa akan belajar sistem informasi dan mengolah data lewat berbagai proyek industri dan penelitian.