Peluang dan Tantangan Masa Depan Data Science dan Data Mining di Indonesia

Kemampuan “meramal” masa depan sangat dibutuhkan oleh berbagai sektor, baik itu bisnis, industri, hingga kesehatan. Dengan mengetahui gambaran masa depan, kita bisa mengambil keputusan maupun kebijakan yang tepat. Di sinilah data science dan data mining dibutuhkan. Namun, meski perannya bagi masa depan begitu besar, sayangnya kedua ilmu ini masih sepi peminat.

Peluang data science dan data mining

Head of Information Systems Concentration, Doctor of Computer Science, BINUS University, Spits Warnars Harco Leslie Hendric, S.Kom M.T.I. Ph.D, dalam wawancaranya memaparkan bahwa data science dan data mining memiliki peran penting untuk memprediksi masa depan.

Dalam kaitannya dengan prediksi masa depan, data mining dan data science bisa digunakan pada bisnis untuk memprediksi barang apa yang ingin dibeli oleh konsumen. Dengan menganalisis transaksi yang sudah terjadi dan menemukan polanya, perusahaan bisa menyediakan stok barang yang tepat untuk menghindari kerugian barang yang tidak laku.

“Kalau kita bikin strategi, misalnya sebentar lagi mau hari raya atau hari libur lainnya, kita harus melihat transaksi-transaksi yang terjadi pada hari-hari raya sebelumnya dan berdasarkan analisis data-data transaksi sebelumnya tersebut, maka akan dipastikan kita tahu barang apa yang paling diminati oleh konsumen di sekitar toko,” ujar Spits.

Dalam bidang kesehatan, data science dan data mining bisa diterapkan untuk memprediksi penyebaran wabah penyakit, misalnya COVID-19 yang saat ini tengah menjamur. “Kalau dari sisi kesehatan, data itu perlu dipakai untuk melihat pola dari masyarakat. Contohnya, berapa orang yang sudah divaksin, data yang berhubungan dengan jumlah yang meninggal, sedang dirawat, atau sudah mulai sembuh. Lalu, kita bisa bandingkan antara tempat satu dengan daerah yang lain,” papar Spits.

Data tersebut kemudian bisa diolah dan bisa menjadi dasar atas pengambilan keputusan atau kebijakan yang dilakukan pemerintah, terutama pada isu gelombang ketiga. Spits menjelaskan bahwa dari data-data isu gelombang ketiga, kita bisa menemukan pola yang akhirnya memungkinkan kita untuk memprediksi kapan datangnya gelombang ketiga ini.

Kurangnya SDM jadi tantangan utama

Di balik penerapannya yang sangat luas dan penting, ternyata data mining dan data science masih sangat sepi peminat. Menurut pengamatan Spits, ketersediaan sumber daya manusianya masih sedikit. Dari sisi akademis, hanya sebagian kecil mahasiswa yang tertarik untuk mendalami ilmu ini.

“Peminatnya memang tidak banyak. Kalaupun di level S1, mereka baru pakai (teknologi data science dan data mining), di S2 mungkin mulai mengelola, dan di S3 baru mulai bikin keterbaruannya,” kata Spits soal minat mahasiswa pada ilmu ini.

Spits juga berpendapat bahwa peluang untuk melakukan penelitian di bidang tersebut sangat terbuka lebar karena tidak banyak orang yang punya kemampuan untuk memainkan peran tersebut. Hal ini karena data science dan data mining dianggap sebagai ilmu yang sulit. Butuh kemampuan matematika dan statistik yang bagus untuk bisa mengolaborasikan data.

Kemampuan ini bisa dipelajari lewat program Doctor of Computer Science di BINUS University. Program S3 ini menawarkan para mahasiswa untuk mendalami ilmu computer science dan sistem informasi untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Ilmu tersebut pada akhirnya bisa dipakai untuk membantu prediksi masa depan berbagai sektor di Indonesia maupun dunia.