Tingkatkan Daya Saing di Revolusi Industri 4.0 dengan Terapkan New Human Capital

Pandemi COVID-19 telah memaksa para pelaku bisnis untuk melakukan transformasi. Seiring dengan perubahan pola masyarakat dalam mengonsumsi barang dan jasa, prioritas bisnis pun ikut bergeser. Apabila pengusaha tak mau bisnisnya hilang ditelan wabah dan kompetisi bisnis, transformasi bisnis pun wajib untuk dilakukan.

Namun, transformasi seperti apa yang dimaksud?

Lecturer Specialist Doctor of Computer Science dari BINUS University, Dr. Ir. Haryono, M.Sc, menjelaskan melalui wawancara virtual pada 22 September 2021 lalu tentang pentingnya transformasi digital pada bisnis. Pasalnya, tanpa memanfaatkan information and communication technology (ICT), bisnis atau perusahaan akan kalah bersaing.

Pentingnya ICT dalam transformasi digital di Revolusi Industri 4.0

Di satu sisi, tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi COVID-19 memang menyulitkan banyak pemilik bisnis. Berbagai tantangan harus dihadapi, contohnya mall yang sempat tutup cukup lama hingga mobilitas warga yang berkurang drastis sehingga industri transportasi kehilangan banyak penumpang. Akibatnya, banyak pebisnis yang tak mampu mencetak profit.

“Maka, kita sekarang mengenal yang namanya disruptive transformation, yang berarti transformasinya harus total. Harus berubah strateginya,” ujar Haryono.

Namun, di sisi lain, keterbatasan akibat pandemi COVID-19 justru menciptakan kesempatan bagi pebisnis untuk berinovasi agar bisa tetap bertahan. Terlebih, kini Indonesia tengah mengadopsi Revolusi Industri 4.0. Pada dasarnya, Industri 4.0 merupakan tren yang merujuk pada perkembangan automasi dan pertukaran data dalam teknologi dan proses dalam industri manufaktur. Beberapa contoh tren yang dimaksud adalah Internet of Things (IoT), artificial intelligence (AI), dan cloud computing.

Dengan memanfaatkan ICT secara optimal, bisnis dapat lebih mudah dalam menerapkan transformasi digital. Namun, agar pemanfaatan ICT bisa terjadi, terlebih dulu dibutuhkan edukasi yang mumpuni terhadap sumber daya manusianya (SDM). Sistem transformasi digital tak akan bisa berjalan tanpa digerakkan oleh SDM.

SDM menjadi faktor krusial untuk menggerakkan transformasi digital

Saat memasuki era Revolusi Industri 4.0, istilah human resource (HR) mulai dipahami dengan cara berbeda. Kini HR telah ditambah dengan sesuatu yang baru, yakni new set of skills atau keahlian tambahan terkait tren teknologi terkini. HR dengan new set of skills inilah yang bisa dikatakan sebagai new human capital.

“Mau tidak mau kita harus membekali diri. New human capital adalah HR plus, plusnya banyak. Perguruan tinggi di luar negeri mendefinisikannya macam-macam, tapi sama. Jadi, new human capital equals to HR plus new set of skills,” papar Haryono.

Dalam hal ini, new set of skills yang perlu dimiliki oleh new human capital tak melulu soal knowledge atau pengetahuan. Haryono juga menegaskan bahwa experience atau pengalaman juga menjadi variabel yang dikapitalisasi sebagai bagian dari pengetahuan. 

“Jadi, ketika bicara new human capital, kita bicara mengenai HR yang memiliki tambahan-tambahan yang sangat diperlukan pada masa modern, Revolusi Industri 4.0, juga Society 5.0. Kita ini adalah Society 5.0 yang menggunakan semua fasilitas dari recent trends technology,” kata Haryono.

New human capital bisa dipelajari sejak masa pendidikan formal

Walaupun mungkin terdengar menantang, kabar baiknya pemahaman new human capital dapat dipelajari sejak masa pendidikan formal, tepatnya semasa bangku kuliah. BINUS University, misalnya, sudah sejak lama menyiapkan new human capital. Bahkan BINUS University bisa dikatakan sebagai leader di Indonesia dalam new human capital.

Sejak awal, program pembelajaran BINUS University memang sudah berbasis ICT. Tidak hanya terbatas pada jurusan Ilmu Komputer, sentuhan mengenai ICT ini diterapkan pada seluruh program S1, S2, dan S3 di BINUS University.

Namun, jika ingin memperdalam wawasan soal ICT, terutama dalam bidang computer science, BINUS University menyediakan program Doctor of Computer Science (DCS), yang tentunya tetap dibekali dengan pemahaman new human capital. Tersedia dua jurusan di DCS BINUS University, yakni Computer Science dan Information System.

Masing-masing jurusan memberikan new set of skills yang berbeda. Pada jurusan Computer Science, mahasiswa akan mendapatkan new set of skills tentang teknis ilmu komputer seperti algoritma dan AI. Sedangkan jurusan Information System mendorong mahasiswa untuk mengembangkan sistem yang langsung diaplikasikan pada bisnis melalui new set of skills seperti IoT, machine learning, dan cyber security.

 

Agar bisa unggul di tengah persaingan Revolusi Industri 4.0, bisnis atau perusahaan perlu menerapkan new human capital. Bukan sembarang SDM, new human capital idealnya dibekali dengan new set of skills bersifat multidisiplin, interdisiplin, atau transdisiplin. Hal ini bisa didapatkan dengan mengambil program kuliah yang mengutamakan pemanfaatan ICT seperti BINUS University.