Pengaplikasian Teknologi Internet Bagi Kesejahteraan Area Pedesaan

Industri 4.0 sudah di depan mata, namun apakah 100% populasi di Indonesia sudah siap menghadapinya. Sayangnya, masih belum semua daerah di Indonesia yang sudah memanfaatkan internet secara optimal. Tercatat ada 62 kabupaten di Indonesia yang dianggap tertinggal dan menjadi fokus pembangunan telekomunikasi. Mengapa harus telekomunikasi? Sejatinya, teknologi internet menjadi pilar utama dalam ekonomi dan kesejahteraan di era modern.

Doctor of Computer Science BINUS University mempersembahkan DCS Podcast, obrolan santai yang dipandu oleh Dr. Ford Lumban Gaol (Head of Doctor of Computer Science BINUS University). Kali ini, DCS Podcast mengundang Ir. Satriyo Dharmanto, M.Si untuk membahas topik “Pengaruh ICT Masuk Desa Terhadap Ketahanan Ekonomi Nasional.”

Optimalisasi Sensor Boards

Beberapa daerah di Indonesia, seperti Rinjani (NTB) dan Kupang (NTT), sudah terpasang sensor board yang mengadopsi konsep Internet of Things (IoT) fokus pada bidang agrikultur. Selain IoT, sensor board yang terpasang juga memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Big Data, serta dilengkapi dengan panel surya untuk pemanfaatan energi baru terbarukan. Satriyo menjadi salah satu penggagas dan perancang program pengembangan internet dan sistem cerdas untuk pertanian dan perkebunan.

Dengan mengintegrasikan sistem cerdas dan bidang agrikultur, Satriyo dan tim berhasil membantu para petani dan masyarakat sekitar agar bisa lebih produktif. Apa saja fitur dari sensor board ini? Sensor yang terpasang dengan jaringan nirkabel ini dapat melaporkan data-data penting seperti cuaca, kelembapan tanah, curah hujan, tekanan barometrik, arah dan kecepatan angin, dan sebagai aktuator. Data-data ini akan terkirim dan ditampilkan oleh algoritma Mooble. Hebatnya lagi, semua data diambil secara real-time dan sensor terhubung dengan sistem otomatisasi penyiraman tanaman.

Monitoring Lingkungan

Dalam agrikultur, cuaca dan kondisi lingkungan jadi aspek kunci yang dapat berdampak besar pada pendapatan masyarakat di desa. Terlebih bagi desa yang letaknya di area rawan bencana seperti banjir, longsor, hingga kebakaran hutan. Kini, Satriyo dan tim telah memasang multi sensor cuaca yang berfungsi untuk mendukung tingkat keamanan lingkungan dan juga kolaborasi.

Sensor cuaca ini dilengkapi dengan anemometer, sensor cahaya, pengukur kedalaman, stasiun transceiver nirkabel, pengukur suhu tanah, box distribusi, dan juga pengukur curah hujan. Sehingga, multi sensor cuaca ini dapat menganalisis arah dan kecepatan angin, suhu, kelembapan, tekanan barometrik, curah hujan, serta peringatan dini apabila sensor menangkap tanda-tanda akan terjadinya cuaca ekstrem atau bencana alam.

Selain itu, sensor ini juga dapat menangkap intensitas cahaya yang membantu masyarakat sekitar mengetahui adanya awan atau asap tebal. Satriyo mengungkapkan bahwa multi sensor cuaca ini sudah terpasang di beberapa titik, salah satunya yakni di Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat.

Pertanian Modern

Bayangkan ratusan hektar lahan pertanian bila hanya dikerjakan dan diurus oleh 2 orang petani saja. Tentunya ini akan mengurangi produktivitas petani dan dapat berimbas pada hasil bumi yang ikut

menurun. Karenanya, pemerintah melihat adanya kebutuhan untuk implementasi teknologi internet dalam pertanian supaya dapat meningkatkan kesejahteraan petani, meningkatkan produksi pertanian, menambah nilai produksi, mengurangi biaya, dan secara langsung meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

Dilakukanlah pengadaan mesin-mesin pertanian modern yang membantu efisiensi proses mulai dari pengelolaan lahan, penyiraman, panen, penyimpanan, hingga distribusi produksi pertanian. Contohnya pun cukup beragam, seperti drone untuk menanam benih, mesin otomatisasi untuk menyiram tanaman sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah juga cuaca, mesin untuk monitoring cuaca, QR code untuk identifikasi tanaman, pemanen otonom, dan masih banyak lagi.

Ke depannya, diharapkan pertanian modern juga dapat menambah minat generasi muda untuk terjun ke bidang agrikultur, sejalan dengan program petani milenial dari pemerintah.

Implementasi Bisnis Digital

Perekonomian di desa tidak bisa maju meskipun sistem pertaniannya sudah modern, jika tidak dibarengi dengan implementasi bisnis digital. Masyarakat di desa perlu dikenalkan dengan perangkat keras dan lunak yang dapat mendukung kegiatan usaha mereka. Satriyo menekankan bahwa dalam praktis bisnis, baik di desa maupun di kota, kesuksesan tidak didasarkan oleh siapa yang menerapkan teknologi paling canggih, namun lebih kepada pemanfaatan teknologi yang paling sesuai.

Inilah yang menjadi salah satu fokus pemerintah dalam pengaplikasian teknologi internet di desa. Transaksi online perlu dilakukan melalui platform yang ada, sehingga masyarakat diajarkan ciri-ciri platform keuangan yang legal, contohnya seperti kartu kredit Mastercard dan Visa, e-wallet GoPay, dan sejenisnya.

Kemudian, diajarkan juga soal pentingnya pemanfaatan data untuk menghasilkan layanan tertentu. Misalnya dengan menggunakan Dropbox untuk file sharing. Terakhir, bagaimana caranya mengidentifikasi aplikasi yang tepat untuk bisnis yang dijalankan. Contohnya untuk bisnis penginapan, cocok menggunakan Airbnb, sementara bisnis makanan rumahan bisa menggunakan WhatsApp untuk pemesanan.