Internet dalam Upaya Meningkatkan Ketahanan Masyarakat Pedesaan di Era Ketidakpastian Ekonomi
Musibah seperti pandemi membuka mata kita untuk benar-benar melihat ke dalam diri kita sendiri, apakah kita sudah memiliki ketahanan yang cukup dari segi finansial? Pemerintah pun mengakselerasi pembangunan infrastruktur telekomunikasi di kabupaten-kabupaten tertinggal supaya bisa menggenjot perekonomian nasional. Namun, bagaimana dengan tingkat ketahanan masyarakat pedesaan? Apakah lebih rendah atau lebih tinggi dari warga di kota?
Pertanyaan ini dijawab dengan jelas dan penuh wawasan oleh Ir. Satriyo Dharmanto, M.Si. yang menjadi PMU Commercial Consultant Bakti KOMINFO. Satriyo diundang untuk menjadi guest speaker dalam DCS Podcast, sebuah program binaan Doctor of Computer Science BINUS University yang dipandu oleh Dr. Ford Lumban Gaol (Head of Doctor of Computer Science BINUS University). Kali ini, DCS Podcast membahas topik “Pengaruh ICT Masuk Desa Terhadap Ketahanan Ekonomi Nasional.” Ketahanan masyarakat pedesaan yang lebih tinggi
Di tengah kondisi pandemi, banyak masyarakat di perkotaan yang mengalami keterpurukan ekonomi. Ada yang dirumahkan, gaji dipotong, usaha yang sepi, atau PHK massal. Banyak juga cerita masyarakat perkotaan yang akhirnya memutuskan untuk pulang kampung supaya bisa menyambung hidup. Bukan hanya karena biaya hidup di desa yang lebih murah, tetapi ternyata juga peluang ekonomi di desa yang lebih luas.
Hal ini juga diungkapkan oleh Satriyo ketika berdiskusi tentang tingkat ketahanan masyarakat pedesaan yang lebih tinggi dibanding masyarakat di kota. Jika diteliti, orang yang tinggal di desa ketika dihadapkan dengan situasi ekonomi yang sulit, mereka masih bisa beralih profesi menjadi petani di sawah atau nelayan untuk menangkap hasil laut. Berbeda dengan orang kota yang lebih bergantung pada lowongan kerja.
Meski demikian, Satriyo mengatakan bahwa tingkat ketahanan masyarakat di desa tidak bisa dipukul rata. “Ada yang bertahan, tapi ada yang tidak tahan dan langsung drop ekonominya. Memang kita harus konsentrasi dan memberikan penanganan yang berbeda.” Satriyo juga memberikan contoh daerah kepulauan yang memiliki supply chain mandiri cenderung lebih kuat dibanding daerah yang bergantung pada penjualan di kota.
Internet bisa memperlancar supply chain saat pandemi Berbicara soal supply chain, peran internet begitu besar dalam membantu masyarakat di desa untuk lebih mandiri dan bisa mengalokasikan hasil bumi yang melimpah menjadi pendapatan. Satriyo menjelaskan bagaimana sebelum adanya internet, banyak desa-desa di Indonesia yang kesulitan untuk memanfaatkan hasil bumi yang melebihi permintaan di desa mereka. Dengan adanya internet, para petani dan peternak bisa menjual hasil bumi di desa mereka sekaligus di luar desa lewat e-commerce.
Bila biasanya petani dan peternak menjual hasil bumi ke tengkulak, kini mereka juga bisa menjadi bagian dari supply chain berkat adanya internet. Dengan begitu, keuntungan yang didapat pun tidak sepenuhnya jatuh ke tangan tengkulak. Petani dan peternak yang sejahtera, tentunya juga akan meningkatkan produktivitas dan alhasil memajukan ekonomi nasional. “Jadi, supply chain tetap ada dengan skala yang lebih luas. Ini terkait pembangunan fasilitas ICT oleh pemerintah.”
Mempermudah masyarakat untuk memulai bisnis baru
Satriyo memiliki pandangan tentang potensi desa untuk menjadi ladang baru bagi startup untuk bertumbuh. Namun, untuk bisa sampai ke tahap itu, masyarakat di desa harus dibekali dengan pengetahuan bisnis yang cukup.
Secara bisnis, mereka belum siap karena tidak adanya konektivitas internet yang membantu mereka. Kini, desa yang sudah memiliki koneksi internet bisa bergerak untuk memulai bisnis baru. “Kebetulan sebagai konsultan KOMINFO, saya bisa approach langsung warga di desa dan bagi-bagi pengalaman bisnis saya ke mereka dalam skala yang lebih cocok dengan warga di sana.”
Masyarakat desa diajarkan tentang langkah-langkah untuk memulai bisnis secara profesional. Dimulai dari identifikasi business model canvas, menghitung modal awal, kalkulasi tingkat kegagalan dan keuntungan, serta melihat potensi pasar. Satriyo memberikan contoh bagaimana para pemuda di Panca Mandala membangun berbagai macam bisnis dengan memanfaatkan internet.
Waktunya untuk mengembangkan talenta digital Dengan adanya internet yang merata dari kota hingga pedesaan, ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk memberdayakan SDM agar memiliki talenta digital yang bersaing. Hal terpenting bagi Satriyo adalah kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan internet demi aktivitas yang produktif. “Kita harus berani berkreasi dan berbuat sesuatu untuk memanfaatkan platform dan infrastruktur yang ada.”
Pada akhirnya, internet menjadi alat bagi kita untuk lebih banyak berkreasi dan berkolaborasi. Kembali lagi, kontribusi kita sebagai masyarakat terhadap ekosistem digital juga akan berdampak positif bagi perekonomian bangsa. Satriyo berpesan, alih-alih merasa terancam dengan teknologi dari luar, sebaiknya kita belajar dan mencontoh mereka. “Kita bisa menjadi negara dengan sustainability yang kuat untuk menjual teknologi ke luar negeri karena kita pandai memanfaatkan OTT (over-the-top) milik orang lain.