Efisiensi Teknologi Blockchain dalam Manajemen Rantai Pasok Komponen Otomotif
Blockchain merupakan sebuah cara kerja baru di mana sebuah transaksi atau catatan yang masuk harus divalidasi terlebih dahulu, kemudian data tersebut masuk ke dalam block. Setelahnya, data yang ada dalam block tersebut didistribusikan ke seluruh node. Setiap catatan yang masuk dalam block sudah terenkripsi dengan metode hashing dan terhubung dalam Merkle Tree. Sebuah perkembangan teknologi dengan banyak potensi bermanfaat.
Inilah yang menjadi fokus utama dari Dr. Surjandy, S.Kom., MM dalam disertasinya untuk Ujian Promosi Doktor pada Rabu, 21 Februari 2021. Dr. Surjandy merupakan Doktor ke-21 lulusan BINUS Doctor of Computer Science BINUS University. Dalam disertasinya yang berjudul “Manajemen Rantai Pasok Berbasiskan Teknologi Blockchain Pada Industri Komponen Otomotif: Pengembangan Model OTOBlock,” Dr. Surjandy berhasil merancang model dan prototipe OTOBlock 2.0 yang mampu membantu manajemen rantai pasok di industri otomotif untuk melacak dan menelusuri komponen otomotif yang asli.
Mengapa Blockchain Dipilih?
Blockchain disimpulkan memiliki karakteristik atau kelebihan yang membuatnya cocok diterapkan dalam manajemen rantai pasok. Blockchain tidak memiliki perantara, terdistribusi langsung, data yang tersimpan juga tidak akan hilang, tidak bisa dihapus, tervalidasi, dan aman. Terlebih dengan digunakannya Smart Contract yang semakin menjamin kelayakan blockchain untuk diimplementasikan dalam sistem perusahaan.
Dalam ujian promosi doktor, Surjandy menjelaskan bahwa blockchain tetap bisa diterapkan dalam manajemen rantai pasok komponen otomotif yang serba cepat. Tidak seperti cryptocurrency di mana setiap transaksi berlangsung per millisecond, rantai pasok komponen otomotif berlangsung dalam waktu yang cukup panjang. Sehingga, memungkinkan sekali untuk memasukkan sistem berbasis blockchain ke dalamnya, sebagaimana yang sudah dianalisis oleh Surjandy.
Kemudian, penggunaan blockchain juga sudah diregulasi oleh POJK No. 18 dan POJK No. 16. Jadi, manajemen rantai pasok berbasis blockchain tidak hanya mungkin dilaksanakan, namun juga memiliki kesesuaian legalitas.
Proses Penelitian
Penelitian dimulai dengan Systematic Literature Review (SLR) yang menggabungkan faktor-faktor krusial dalam manajemen rantai pasok, teknologi blockchain, dan Leavitt Diamond Model. Kemudian, SLR 1 digabungkan dengan manajemen rantai pasok di industri komponen otomotif untuk membentuk SLR 2. Dari sini, Surjandy membuat BIcSM yang merupakan model awal dari hasil penelitiannya.
BIcSM model yang sudah dibuat kemudian didistribusikan sebagai pertanyaan survei di 4 perusahaan perakitan kendaraan, 5 perusahaan pembuat komponen otomotif, dan 1 perusahaan distributor komponen otomotif. Hasil survei digunakan untuk membuat model dan prototipe OTOBlock 1.0.
OTOBlock 0.1 kemudian diulas kembali oleh tiga pakar yang sudah lebih dari 7 tahun bekerja di bidang manajemen rantai pasok komponen otomotif dan menjabat di posisi manajerial. Hasilnya, ketiga pakar setuju bahwa OTOBlock 1.0 bisa digunakan, dengan catatan adanya infrastruktur blockchain (cloud dan storage) serta fokus yang lebih dititikberatkan pada teknologi blockchain. Terciptalah model OTOBlock 2.0 beserta prototipenya oleh Surjandy.
Bagaimana OTOBlock 2.0 Dapat Memberi Dampak Positif?
Contoh penggunaan OTOBlock 2.0 adalah ketika sebuah komponen otomotif yang asli diproduksi dan siap dikirimkan per batch. Semisal satu batch berisi 1 juta komponen asli, maka dengan OTOBlock 2.0, cukup memasukkan data ke dalam sistem sekali saja. Dalam OTOBlock 2.0, bisa dilihat identitas komponen asli, ke mana komponen akan dikirim, jumlah barang, dan tanggal pengiriman. Data tersebut pun bisa dilihat oleh distributor komponen otomotif maupun perusahan perakit kendaraan.
Selanjutnya, OTOBlock 2.0 juga siap dikembangkan agar bisa diakses melalui aplikasi ponsel, di mana para pengguna kendaraan juga bisa mengecek apakah kendaraan yang mereka kendarai sudah memiliki komponen yang tepat dan orisinil.
OTOBlock 2.0 juga bisa digunakan untuk berbagai macam industri transportasi, misalnya di industri penerbangan dan transportasi online. Untuk pesawat terbang, OTOBlock 2.0 dapat membantu dari segi maintenance rutin agar pesawat bisa dijamin memiliki komponen asli yang masih dalam kondisi baik. Ini sejalan dengan banyaknya kasus pesawat jatuh akibat kelalaian dalam maintenance pesawat secara rutin.
OTOBlock 2.0 rancangan Surjandy memiliki tujuan mulia, yaitu menekan distribusi komponen otomotif palsu. Komponen palsu ini selain dapat merugikan perusahaan, tetapi juga terbukti sudah merugikan negara Indonesia sebesar Rp65,1 triliun di tahun 2014. Komponen palsu juga menyebabkan kemungkinan terburuk, yaitu kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan kematian manusia. Diharapkan OTOBlock 2.0 bisa terus dikembangkan hingga akhirnya digunakan oleh seluruh industri otomotif. Dengan begitu, risiko kecelakaan dan kematian di lalu lintas pun bisa ditekan, secara langsung meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.