Ujian Promosi DCS Doktor Surjandy, Sebuah Penelitian Terhadap Blockchain dan Industri Otomotif
BINUS University kembali menggelar ujian promosi doktor di hari Rabu, 21 Februari 2021. Promovendus Surjandy diberikan kesempatan untuk memberikan paparan soal disertasi dan hasil penelitiannya yang berjudul “Manajemen Rantai Pasok Berbasiskan Teknologi Blockchain Pada Industri Komponen Otomotif: Pengembangan Model OTOBlock.” Teknologi blockchain yang semula hanya digunakan dalam cryptocurrency, kini mulai diteliti fungsinya dalam sistem bisnis berkat adanya fitur Smart Contract.
Ujian Promosi Doktor Surjandy digelar di B0301 Kampus BINUS @Alam Sutera, dipimpin oleh Ketua Sidang Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, MM yang juga merupakan Rektor BINUS University. Acara ini juga dihadiri oleh 3 orang tim promotor dan 1 orang tim penguji, di mana 2 penguji lainnya turut bergabung via Zoom.
Surjandy Sebagai Doktor ke-21 dari BINUS Doctor of Computer Science
Ujian promosi doktor dimulai dengan prosesi masuknya Ketua Sidang, tim promotor, dan tim penguji ke dalam ruang sidang. Diikuti dengan kedatangan Promovendus Surjandy ke dalam ruangan. Ketua Sidang yang juga bertindak sebagai Ketua Senat dan Rektor BINUS University memberikan kalimat pembuka yang dilanjutkan dengan pendahuluan dari promotor Prof. Dr. Ir. Edi Abdurachman, MS., M.Sc.
Promovendus Surjandy lahir di Jakarta di tahun 1971 dan sudah memulai kariernya sejak tahun 1990 di berbagai bank nasional maupun internasional. Surjandy merupakan lulusan Sarjana Komputer dari STMIK Bina Nusantara dengan program Management Information Systems pada tahun 1995. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan S2 dan mendapat gelar Magister Management dari BINUS Business School program MM Executive Class pada 1995. Hingga kini, Surjandy menempuh pendidikan S3 di BINUS Graduate Program – Doctor of Computer Science dan berhasil lulus menjadi Doktor ke-21.
Sejak tahun 2010, Surjandy resmi menjadi anggota fakultas BINUS School of Information Systems dan fokus sebagai pengajar. Selama studi S3, Surjandy telah menulis 8 artikel seputar blockchain di industri otomotif yang sudah dipublikasikan di jurnal internasional. Karenanya, Surjandy fokus meneliti kegunaan blockchain dalam pelacakan, penelusuran, dan distribusi komponen otomotif.
Implementasi Blockchain dalam Manajemen Rantai Pasok Komponen Otomotif
Pengalaman Surjandy dalam industri komponen otomotif membuatnya melihat adanya isu komponen palsu yang beredar tanpa kendali. Setidaknya ada empat risiko yang disebabkan oleh peredaran komponen palsu, yakni kerugian yang ditanggung perusahaan karena penuntutan atas distribusi komponen palsu, kerugian akibat kendaraan yang terus menerus diperbaiki atau diproduksi ulang, reputasi perusahaan yang tercemar, dan kecelakaan pengguna yang dapat menyebabkan kematian.
Dalam disertasi ini, Surjandy berupaya untuk mencari cara bagaimana blockchain dapat melacak dan menelusuri komponen asli untuk otomotif, mulai saat produksi hingga distribusi. Mengapa blockchain dipilih? Surjandy berargumen bahwa blockchain memiliki sejumlah keunggulan dibanding teknologi informasi lainnya, antara lain sifat datanya yang tanpa perantara, terdistribusi, tidak bisa dihapus, tervalidasi, aman, dan tidak bisa diubah.
Untuk disertasinya, Surjandy pun meneliti faktor blockchain dalam manajemen rantai pasok komponen otomotif di Indonesia, merancang model dan prototipe manajemen rantai pasok berbasis blockchain, dan mengevaluasi model dan prototipe tersebut bersama tiga pakar ahli.
Pengembangan Model Otoblock
Menggunakan metode Design Research dan pengembangan model User-Centered Design, Surjandy berhasil membuat prototipe manajemen rantai pasok berbasis blockchain yang dinamai OTOBlock. Prototipe rancangan Surjandy memiliki 8 faktor utama berupa People, Process, Technology, Organization, Tracing, Monitoring & Controlling, Originality, dan Processing Time. Ditemukan bahwa kepercayaan terhadap karyawan dan organisasi pun meningkat tajam dengan implementasi blockchain dalam manajemen rantai pasok komponen otomotif.
Tidak sampai di sana, OTOBlock juga sudah diulas oleh tiga pakar yang masing-masing berprofesi di bidang produksi sampai distribusi komponen otomotif. Menutup presentasi Surjandy menjelaskan bagaimana disertasinya bisa dikembangkan kembali dengan penggunaan sistem blockchain yang lain dan implementasi Internet of Things untuk semakin menunjang manajemen rantai pasok.
Ke depannya, Surjandy berpesan bahwa sistem blockchain ini sangat mungkin untuk digunakan oleh seluruh pemain industri otomotif. Contohnya dari segi maintenance kendaraan, bisa dilihat jenis dan asal komponen tersebut, tanggal terakhir komponen diperiksa, dan siapa yang sudah melakukan maintenance. Bukan tidak mungkin OTOBlock rancangan Surjandy bisa juga digunakan untuk jenis industri lainnya, seperti industri penerbangan perihal komponen pesawat, transportasi online, dan lain sebagainya.