Pentingnya Implementasi Teknologi dalam Layanan Kesehatan di Tengah COVID-19
Adanya pandemi akibat sebaran virus corona merupakan sebuah krisis yang tidak bisa diantisipasi. Walaupun sebenarnya kehidupan manusia selalu dihadapi dengan ancaman pandemi akibat virus, sebagaimana yang sudah pernah terjadi beberapa abad sebelumnya. Berkat kemajuan di bidang kesehatan, jarak antar pandemi semakin besar, yakni sekitar 35 tahun.
Terjadinya pandemi sekarang ini menjadi pukulan keras bagi segenap industri, sepenuhnya terlihat kalau kita belum mengimplementasikan teknologi secara maksimal. Hal yang sama juga bisa dikatakan untuk industri kesehatan, terkhusus layanan kesehatan masyarakat.
Pandemi secara nyata menyebabkan kurangnya tenaga perawat dan dokter, ruang rawat inap, perlengkapan medis, dan obat-obatan. Terlebih lagi mengingat bahwa produksi vaksin membutuhkan waktu lebih dari 6 bulan lamanya. Lantas, bisa dikatakan bahwa problematika tersebut akan berlangsung cukup lama, sementara pasien dan korban akan terus meningkat seiring waktu.
Inilah mengapa teknologi memiliki peran besar dalam penanggulangan dan penanganan pandemi COVID-19. Masih belum terlambat, Indonesia dan negara lainnya punya cukup waktu untuk berbenah diri.
Pada hari Jumat (12/6), Doctor of Computer Science, BINUS Graduate Program-BINUS University bersama Deakin University Australia, IEEE Computer Society Indonesia Chapter, dan Research Interest Group Intelligent System mengadakan webinar “The International Seminar on Health Technology and Informatics” dengan tema “The Role of Healthcare Technology on the Pandemic COVID-19”.
Dari webinar tersebut, berikut ini manfaat penggunaan teknologi di bidang layanan kesehatan, terutama di saat pandemi berlangsung dan ke depannya ketika sudah memasuki masa post-pandemic era.
Lebih Efektif dan Efisien
Teknologi yang bisa diimplementasikan ke dalam layanan kesehatan tidak hanya mencakup mesin-mesin medis, tetapi juga termasuk dalam aspek administrasi. Di Indonesia sendiri, belum ada sistem data kesehatan masyarakat Indonesia. Akibatnya, sering terjadi miskomunikasi antar pekerja medis karena tidak adanya data yang jelas mengenai riwayat kesehatan pasien.
Tentunya, waktu adalah pilar terpenting dalam menghadapi pandemi ini, apalagi ketika dihadapkan dengan ribuan pasien sekaligus. Dr. Pujianto Yugopuspito dari IEEE Computer Society Indonesia Chapter mengungkapkan bahwa teknologi seperti blockchain mampu mengatasi isu perihal penyimpanan dan akses data pasien. Data akan tetap aman tersimpan dalam cloud, bisa diakses dan ditransfer dengan mudah. Dengan begitu, diagnosa pasien dapat dilakukan dengan lebih cepat, sekaligus meminimalisir adanya malpraktek.
Mampu Menjangkau Lebih Banyak Pasien
Kapasitas rumah sakit dan layanan kesehatan lainnya yang ada di Indonesia berada di bawah standar yang cukup untuk mengurus setiap pasien yang reaktif terhadap virus corona. Rasio ranjang rumah sakit yang tersedia di Indonesia adalah 1.2 ranjang per 1,000 pasien, tidak sebanyak negara seperti India, RRC, dan Jepang. Rasio ini tentu saja akan semakin mengecil di area pelosok yang masih minim akan bantuan tenaga medis.
Hal ini bisa diatasi dengan implementasi teknologi, contohnya seperti telemedicine atau aplikasi konsultasi online dengan dokter spesialis. Bila diintegrasikan dengan teknologi blockchain, bukanlah hal yang mustahil untuk bisa sepenuhnya menangani pasien tanpa harus melakukan kontak fisik, bahkan bisa dilakukan walau terhalang jarak ribuan kilometer. Terutama di tengah pandemi seperti sekarang ini, di mana kontak fisik antar manusia sangat tidak dianjurkan. Kesehatan dan penanganan medis yang menjadi hak setiap warga Indonesia bisa terpenuhi dengan bantuan teknologi.
Minimalisir Biaya Operasional
Penerapan teknologi dalam industri layanan kesehatan dapat meminimalisir biaya operasional yang cenderung besar, secara langsung dapat menghadirkan layanan kesehatan yang lebih terjangkau untuk pasien. ICT (Information and Computer Technology) seperti telemedicine, Artificial Intelligence, dan blockchain tidak hanya bisa digunakan untuk menangani pasien, tetapi juga membantu operasional rumah sakit.
Mulai dari supply chain hingga administrasi, teknologi menghadirkan sistem yang terintegrasi dan lebih efisien, sehingga tidak lagi membutuhkan biaya yang lebih besar. Malpraktek atau error yang terjadi di dalam operasional layanan kesehatan saja bisa memakan biaya hingga milyaran rupiah setiap tahunnya.
Persiapan Matang Bila Ada Kasus Pandemi Baru
Selama masih ada manusia, maka virus akan tetap bisa bertahan. Pandemi dapat benar-benar berakhir bila sudah ditemukan vaksin. Sehingga, perlu ada persiapan untuk mampu mengantisipasi pandemi yang akan datang. Betul memang kalau setiap virus memiliki karakteristik yang berbeda dan membutuhkan vaksin atau obat yang berbeda juga. Tetapi, implementasi teknologi menjadi kunci bagi industri kesehatan untuk bisa benar-benar mengurangi dampak buruk dari adanya pandemi.
Contohnya dengan membangun platform atau sistem tracking virus, sistem pengumpulan data riwayat pasien, dan deteksi virus baru. Selain itu, teknologi juga secara langsung membantu layanan kesehatan bekerja dengan lebih optimal, misalnya diagnosa yang lebih cepat, semakin banyaknya ruang rawat inap, dan masih banyak lagi.