Cara Menghadapi Pandemi COVID-19 dengan Penggunaan ICT
COVID-19 menjadi krisis yang dialami tidak hanya Indonesia saja, tetapi hampir seluruh negara di dunia. Dalam memerangi virus corona ini, dibutuhkan inovasi teknologi untuk membantu pemerintah dalam menghadapi pandemi dan warga dalam beraktivitas. Doctor of Computer Science BINUS Graduate Program-BINUS University dan Research Interest Group Intelligent System BINUS University bersama International Institute of Applied Informatics (IIAI) Japan, The Advanced Institute of Industrial Technology (AIIT) Japan, serta IEEE Computer Society Indonesia Chapter menggelar International Seminar in Applied Information Technology and Information System dan mengangkat tema “ICT in the Pandemic Situation: How ICT is Utilized in the COVID-19 Disaster” pada tanggal 19 Juni 2020.
Dalam webinar tersebut, dibahas secara dalam oleh 4 pembicara utama yaitu Dr. Ir. Yaya Heryadi, M.Sc, Prof. Tokuro, Prof. Kiyota Hashimoto dan Hadi Sutopo mengenai cara-cara penerapan ICT dalam upaya menanggulangi pandemi COVID-19. Berikut peran ICT dalam 4 tahap penanggulangan COVID-19.
Tracing Virus
Langkah pertama dalam penanggulangan krisis akibat virus corona ini adalah tracing atau pelacakan transmisi virus. Dimulai dengan mengidentifikasi dan mengontrol warga atau populasi yang sudah terpapar virus corona, baik karena melakukan kontak fisik dengan korban yang terjangkit virus atau baru saja bepergian ke lokasi zona merah.
Dari sini, penting sekali untuk bisa memonitor pergerakan virus agar mampu meminimalisir jumlah korban yang terdampak. Jika dilakukan dengan cara tradisional, jelas membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa melakukan tracing ke mana saja virus sudah terbawa. Belum lagi adanya risiko terjadinya error dalam pengolahan data. Cara terbaik dalam melakukan tracing adalah dengan memanfaatkan ICT.
Salah satu aplikasi mobile yang kini dalam tahap under development adalah solusi hasil kerjasama antar Apple dan Google, di mana ketika terjadi pertemuan antara dua orang atau lebih, ponsel mereka akan mengirimkan kode satu sama lain. Apabila salah satu dari kumpulan orang tersebut dinyatakan positif corona, ia akan memperbaharui statusnya di aplikasi tersebut. Kemudian, data tersebut akan disimpan dalam database, sehingga aplikasi dapat memberikan notifikasi peringatan kepada orang-orang yang pernah bertukar kode dengan korban.
Testing Virus
Sampai saat ini, ada dua metode yang digunakan oleh seluruh dunia dalam melakukan testing virus corona. Ada antibody testing, atau yang biasa disebut sebagai rapid test, yang mendeteksi respon antibodi tubuh. Tes ini sangat cepat, hanya berkisar 10-15 menit saja dan hasilnya pun bisa
didapatkan. Akan tetapi, tes ini hanya efektif untuk melakukan screening karena memiliki tingkat akurasi yang cukup rendah.
Sementara itu, ada juga swab test yang menggunakan Polymerase Chain Reaction. Dikarenakan prosesnya yang cukup rumit dan panjang, maka hasil tes ini baru bisa didapat dalam hitungan jam hingga hari. Jenis swab test merupakan metode yang paling bisa diandalkan.
Dalam urusan testing virus, ICT bisa dimanfaatkan dalam membentuk mobile device untuk mengumpulkan dan menyimpan hasil dari setiap tes yang dilakukan. Dengan begitu, warga pun dapat mengakses hasil tes dengan mudah, kapan saja dan di mana saja. Selain itu, pemerintah juga bisa melihat perkembangan kasus COVID-19 setiap harinya melalui data hasil tes yang ada di dalam mobile device tersebut.
Treating Pasien COVID-19
Dalam tahap treating, tidak hanya membantu tenaga medis dalam melayani pasien yang terjangkit virus corona saja, tetapi juga ikut membantu memutus mata rantai COVID-19. Saat ini, beberapa rumah sakit di berbagai belahan dunia menggunakan bantuan robot sebagai resepsionis rumah sakit, asisten perawat, asisten lab, dan alat distribusi supply. Beberapa universitas di Indonesia, termasuk BINUS University, juga sudah mengembangkan robot sebagai ventilator dan alat sterilisasi yang terjangkau.
Tidak hanya robot, drone juga digunakan sebagai alat bantu dalam menanggulangi pandemi COVID-19. Drone dialihfungsikan sebagai alat untuk distribusi peralatan dan perlengkapan medis antar pulau dan alat sterilisasi, keduanya bisa dengan mudah dikontrol menggunakan remote. Tentunya, kedua teknologi ini bisa diwujudkan dengan bantuan ICT.
Melangkah di New Normal
New normal bukan berarti sebuah area bebas dari ancaman virus, tetapi menandakan bahwa area tersebut sudah lebih mampu dalam menanggulangi dampak negatif virus corona. Dengan mengaplikasikan ICT, bisa dibuat berbagai macam teknologi untuk memastikan bahwa warga sudah menerapkan protokol kesehatan.
Contohnya seperti kamera berbasis AI/Artificial Intelligence yang mendeteksi siapa saja yang tidak mengenakan masker atau tidak melakukan physical distancing sebagaimana yang diharuskan pemerintah. Beberapa negara bahkan sudah membuat aplikasi mobile untuk memberlakukan protokol tersebut. Lebih dari itu, ICT juga bermanfaat dalam berbagai aspek kehidupan selama new normal ini.
Sebut saja layanan pesan antar makanan dan e-commerce yang memungkinkan warga untuk tetap berbelanja produk dan makanan tanpa harus keluar rumah. Kemudian, kita juga sudah mengenal e-payment atau transaksi non tunai supaya tidak lagi perlu melakukan transaksi dengan kontak fisik. Di bidang edukasi, sudah diberlakukan e-learning menggunakan aplikasi video conference seperti
Zoom. Bukan hal yang mustahil apabila masa post-pandemic akan merubah gaya hidup manusia ke depannya, yakni lebih mengandalkan ICT dalam beraktivitas.