Apa yang Harus Diperhatikan dalam Implementasi ICT di Tengah Era Pandemi COVID-19
Tidak ada yang bisa memastikan kapan pandemi ini akan berakhir. Meskipun kini sudah memasuki tahap new normal, tetapi penanggulangan COVID-19 masih harus dilakukan. Kuncinya adalah menjaga keseimbangan antara kontrol infeksi virus dan kestabilan ekonomi. Agar keseimbangan tersebut terwujud, dibutuhkan implementasi ICT.
Pada Jumat (19/6), BINUS University bersama IIAI (International Institute of Applied Informatics) Japan, AIIT (The Advanced Institute of Industrial Technology) Japan, dan IEEE Computer Society Indonesia Chapter menggelar International Seminar in Applied Information Technology and Information System dan mengangkat tema “ICT in the Pandemic Situation: How ICT is Utilized in the COVID-19 Disaster.” Webinar ini membahas lebih dalam mengenai peran penting ICT di tengah pandemi ini. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam implementasi ICT di tengah pandemi COVID-19.
Cepat, Mudah, Membantu, dan Aman
Membuat inovasi baru menggunakan ICT memang diperlukan sebagai langkah penanggulangan COVID-19 secara masif. Akan tetapi, inovasi tersebut tidak akan efektif apabila masyarakat masih enggan untuk menggunakannya. Lantas, bagaimana cara untuk membuat teknologi yang dipastikan bisa digunakan oleh seluruh kalangan?
Pertama adalah kecepatan, yakni seberapa cepat teknologi tersebut bisa dibuat dan akhirnya diluncurkan ke khalayak publik. Apalagi mengingat bahwa tren penyebaran virus corona ini sangat cepat dan tidak bisa ditebak. Situasi yang cepat berubah mengindikasikan bahwa teknologi pun harus cepat dikembangkan.
Kedua adalah memastikan bahwa fitur yang ada cukup membantu. Pada kenyataannya, banyak aplikasi mobile yang ada sekarang justru memiliki banyak fitur yang sebenarnya tidak cukup membantu masyarakat. Contoh fitur yang membantu misalnya seperti aplikasi tracking zona merah yang memudahkan pengguna untuk melihat tempat-tempat dengan jumlah korban terbanyak.
Ketiga, teknologi tersebut haruslah mudah untuk digunakan. Tidak semua orang terbiasa dengan kecanggihan teknologi. Hindari user interface dengan desain yang rumit, cukup gunakan desain yang sederhana dan mudah untuk digunakan. Ingat, tujuan utamanya adalah membuat teknologi yang sering digunakan banyak orang.
Terakhir, pastikan bahwa teknologi yang dikembangkan menjamin privasi dan keamanan data pengguna. Berikan kepastian bagi pengguna bahwa data yang mereka input tidak akan digunakan untuk kepentingan lain.
Contoh Kasus Implementasi ICT
Sekarang ini, beberapa negara sudah memasuki kondisi new normal, termasuk Indonesia. Meski begitu, bukan berarti negara-negara tersebut mengabaikan kasus COVID-19 begitu saja. Contohnya seperti di Thailand yang meluncurkan aplikasi berbasis QR-code untuk memonitor aktivitas check-in dan check-out pengguna ketika memasuki pusat perbelanjaan atau toko. Sistem ini juga digunakan di perbatasan provinsi. Tujuannya adalah untuk memudahkan tracing virus dan mengumpulkan data apabila ada pengguna yang positif terjangkit virus.
Tempat publik seperti pantai juga menggunakan drone untuk melihat kondisi apakah para pengunjung menggunakan masker dan mematuhi protokol kesehatan yang diberlakukan. Kemudian, tersedia layanan online seperti delivery dan e-commerce supaya warga merasa lebih nyaman untuk beraktivitas di dalam rumah. Sekolah, universitas, dan perkantoran menggunakan aplikasi online video conference dan dokumen online untuk memudahkan pekerjaan mereka selama pandemi berlangsung.
ICT juga bisa digunakan untuk menginformasikan perkembangan terkini seputar kasus COVID-19 kepada masyarakat dan protokol kesehatan selama new normal. Contohnya seperti penggunaan video game sebagai media edukasi untuk membiasakan warga, terutama anak kecil, dalam menerapkan protokol kesehatan. Selain lebih mudah, adanya video game tersebut tentu lebih efektif untuk menjangkau masyarakat yang masih belia.
Problematika dalam Implementasi ICT
Implementasi ICT dalam penanggulangan COVID-19 memang membawa banyak manfaat, tetapi Anda perlu memperhatikan dampak negatif yang dapat muncul. Perlu diingat bahwa beberapa contoh kasus di atas menggunakan ICT, yang berarti memungkinkan data-data pribadi pengguna untuk disimpan dalam database dan diakses bila diperlukan untuk melakukan tracing. Hal ini bisa saja membuat orang ketakutan untuk menggunakan aplikasi tersebut.
Semakin hari juga semakin banyak aplikasi baru yang mengklaim dapat membantu orang untuk beraktivitas di tengah pandemi, salah satu contohnya seperti aplikasi tracing COVID-19. Ini bukanlah hal yang baik karena justru dapat membuat warga kewalahan dengan banyaknya aplikasi yang harus diunduh. Akan lebih baik untuk membentuk satu aplikasi dengan fitur-fitur yang terintegrasi, sehingga satu orang hanya memerlukan satu aplikasi.
Akan tetapi, dengan memiliki satu aplikasi saja, akan berdampak pada server down karena terlalu banyak akses dalam satu waktu sekaligus. Selain itu, ICT juga memungkinkan tersebarnya hoax atau berita palsu seputar COVID-19.
Terus Kembangkan Teknologi
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, kondisi pandemi ini tidak menentu dan sangat cepat perkembangannya. Maka dari itu, penting sekali untuk bisa stay ahead dalam teknologi. Misalnya dalam aspek medis, harus terus mengembangkan inovasi layanan medis jarak jauh agar bisa meminimalisir kontak fisik dan mampu menjangkau lebih banyak penduduk sekaligus. Dibutuhkan aplikasi ICT yang lebih canggih dan tentunya lebih terjangkau.
Dalam bidang pendidikan, sudah saatnya untuk mengevaluasi konsep e-learning agar proses belajar mengajar pun jadi lebih efektif dan efisien sampai ke depannya. Pandemi ini juga memungkinkan munculnya ide bisnis baru yang dapat menjadi solusi untuk segala keterbatasan dan ketidaknyamanan akibat pandemi.