Upaya Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Bersinergi dengan Revolusi Industri 4.0

Tidak bisa dipungkiri bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) begitu penting bagi kelancaran upaya Indonesia dalam menyongsong era revolusi industri 4.0 yang serba digital. Sebagaimana dengan kuliah umum dari Dr. Ir. Basuki Yusuf Iskandar, MA, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Komunikasi dan Informatika, yang dilaksanakan pada acara inaugurasi online Program S3 Doctor of Research in Management dan Doctor of Computer Science BINUS University pada hari Sabtu (26/9). Berikut ini paparan lengkapnya.

Penggunaan teknologi digital yang meningkat karena pandemi

Melihat situasi pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, nyatanya ada silver lining yang bisa diambil. Salah satunya adalah peningkatan terhadap kebutuhan teknologi digital. Tercatat bahwa setidaknya 50% dari total transaksi digital yang sudah dilakukan di masa pandemi ini berasal dari pengguna baru. Bisa disimpulkan bahwa pandemi COVID-19 merupakan “promotor” bidang TIK atau ICT yang unggul.

Pak Basuki memaparkan flowchart dari industri TIK di Indonesia, bermula dari munculnya tren teknologi yang akan diaplikasikan oleh bisnis. Dari sana, barulah akan ada perubahan dalam aspek lingkungan industri yang mendorong pemerintah dalam membuat regulasi-regulasi baru. Regulasi ini juga akan dipengaruhi oleh regulasi yang sudah diterapkan oleh negara-negara lain. Tujuan akhirnya adalah terciptanya social life atau hidup bermasyarakat yang lebih modern, maju, dan digital.

Transformasi digital di era revolusi industri 4.0

Dikarenakan permintaan teknologi digital yang semakin tinggi, Pak Basuki mengungkapkan bahwa KOMINFO semakin optimis dalam membawa Indonesia menuju gerbang revolusi industri 4.0. “Kita merasa lebih siap sekarang untuk menghadapi revolusi industri ke-4 yang semuanya serba cepat, serba ketidakpastian, harus di-support dengan cepat dan ini membutuhkan online communication,” ujar Pak Basuki.

Meski begitu, Pak Basuki masih merasa bahwa perkembangan digital di Indonesia ini masih tertinggal dari negara-negara lain. Terlebih ketika kini sudah muncul prediksi bahwa Indonesia akan menjadi negara ekonomi terbesar ke-4 pada tahun 2050 mendatang. Muncul pertanyaan, apakah SDM di Indonesia bisa sukses di revolusi industri 4.0? Menurut Pak Basuki, selama SDM Indonesia masih terpaku sebagai user dan bukan creator, maka cita-cita untuk menyambut revolusi industri 4.0 akan pupus.

Dalam revolusi industri 4.0, ada 3 pilar utama yang harus dimiliki sebuah negara, yakni physical, digital, dan biological. Menurut Pak Basuki, Indonesia harus mengejar ketertinggalan dengan melakukan transformasi digital, di mana masyarakat Indonesia harus memiliki tingkat literasi digital yang cukup serta mendukung penuh terjadinya transformasi digital. Apabila Indonesia menyikapi revolusi industri 4.0 dengan evolusi, maka Indonesia tidak mampu mengejar ketertinggalan tersebut.

Lantas, apa saja yang termasuk ke dalam transformasi digital? Hal ini meliputi pengadaan dan implementasi teknologi seperti blockchain, Internet of Things (IoT), AI, big data, virtual reality, augmented reality, serta cloud computing.

Kebutuhan akan SDM bertalenta hard skill dan soft skill

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Cedelop European, Pak Basuki menjelaskan bahwa industri ICT merupakan industri yang paling cepat berkembang. Artinya, para praktisi ICT harus berkomitmen penuh untuk terus belajar, atau dikenal dengan istilah life-long learning.

Namun, muncul masalah baru dalam industri ICT, yakni keterbelakangan soft skills. Dalam dunia kerja, praktisi ICT cenderung mengedepankan hard skills tanpa mempedulikan soft skills. Padahal, menurut data dari BCG, seluruh negara di dunia merasa bahwa soft skills sangat dibutuhkan, terkhusus kompetensi komunikasi, analytical, kepemimpinan, dan problem solving.

Kebutuhan ini juga dibuktikan lewat deklarasi perusahaan-perusahaan raksasa seperti Apple dan Google yang mempekerjakan karyawan tanpa gelar sarjana, asalkan mereka memiliki kompetensi dan talent. Pak Basuki menjelaskan bahwa kompetensi ini berfungsi untuk mempertahankan pertumbuhan yang bersifat incremental. Sementara itu, talent sangat dibutuhkan untuk menciptakan inovasi radikal yang dapat berujung pada pertumbuhan signifikan serta mengubah landscape industri.

Inisiatif KOMINFO dalam pengembangan SDM

Kompetensi dan talent pun menjadi fokus dari KOMINFO dalam mengembangkan kualitas SDM Indonesia. Setelah melewati pandemi, sistem edukasi nasional harus mampu menggabungkan offline dan online learning. Tidak lagi hanya mengajarkan materi kepada mahasiswa, namun juga mengajarkan mereka cara memperluas kapasitas pembelajaran.

Untuk bisa mencapai transformasi digital, maka perlu juga adanya bisnis digital. Bisnis digital yang sukses dan relevan memerlukan 3 komponen, yakni teknologi, manajemen, dan ekonomi. Pak Basuki mengatakan bahwa banyak bisnis digital yang memiliki inovasi bagus namun gagal di pasaran karena tidak memiliki kemampuan manajemen yang mumpuni.

 

Oleh sebab itu, KOMINFO pun sudah membentuk program Digital Scholarship yang dibagi dalam 3 level, yakni level Basic/Operator (Digital Talent Scholarship VSGA), level Middle/Teknisi (Digital Talent Scholarship FGA dan VSGA), dan level Advance (Digital Leadership Academy S2 dan S3).